Langsung ke konten utama

Kelihatannya Ibadah untuk Akhirat, Namun Hanya Mendapat Duniawi”:

 


Kelihatannya Ibadah untuk Akhirat, Namun Hanya Mendapat Duniawi

Dalam kehidupan ini, banyak amal ibadah yang secara lahiriah terlihat seperti bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Namun, sangat disayangkan, tidak sedikit di antaranya yang ternyata hanya bernilai duniawi di sisi Allah karena niat dan tujuannya telah melenceng. Ibadah yang seharusnya menjadi jalan menuju surga, justru hanya berujung pada pujian manusia, keuntungan materi, atau popularitas belaka.

Allah SWT berfirman:

“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna, dan mereka di dunia itu tidak dirugikan. Mereka itulah orang-orang yang tidak memperoleh (apa-apa) di akhirat kecuali neraka, dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia, dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.”
(QS. Hud: 15–16)

Contoh-Contoh Ibadah yang Ternoda Niatnya

  1. Istri Membuatkan Kopi Suami sambil Mengeluh.                                             Saat membuat kopi sang isteri sambil mengeluh. Untuk meluruskan niat ibadah lakukan sambil bersholawat.

  2. Shalat yang Pamer
    Melaksanakan shalat, tetapi hanya agar dilihat orang lain sebagai orang saleh. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

    "Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil." Para sahabat bertanya, "Apakah syirik kecil itu, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Riya’.”
    (HR. Ahmad)

  3. Bersedekah agar Dipuji
    Tangan kanan memberi, tapi tangan kiri ikut memposting ke media sosial untuk mendapatkan likes dan komentar "Masya Allah" dari manusia.

  4. Menulis Buku Agama atau Ceramah hanya demi Nama
    Karya-karya keislaman diterbitkan, namun semata-mata untuk meraih popularitas dan pasar, bukan untuk menyebarkan dakwah.

  5. Haji dan Umrah demi Gengsi Sosial
    Sebagian orang pergi ke Tanah Suci bukan karena panggilan iman, tetapi agar mendapat gelar "Haji" dan dihormati dalam masyarakat.

Mengapa Bisa Terjadi?

Fenomena ini terjadi karena hati tidak dijaga dan niat tidak diluruskan. Seseorang bisa saja memulai ibadah karena Allah, namun seiring perjalanan, ia tergoda oleh tepuk tangan manusia, keuntungan bisnis, atau penghargaan duniawi. Inilah yang disebut oleh para ulama sebagai penyakit riya, sum’ah, dan ujub.

Akibatnya di Akhirat

Rasulullah ﷺ menyampaikan peringatan yang sangat keras dalam hadits berikut:

"Sesungguhnya orang yang pertama kali diadili pada hari kiamat adalah seseorang yang mati syahid. Lalu dia didatangkan, Allah memperlihatkan nikmat-Nya, maka dia mengenalinya. Lalu Allah bertanya, 'Apa yang kamu lakukan dengan nikmat itu?' Dia menjawab, 'Aku berperang karena-Mu hingga aku mati syahid.' Allah berkata, 'Engkau bohong! Tapi kamu berperang agar disebut pemberani.' Maka dia diseret ke neraka…”
(HR. Muslim)

Hadits ini menegaskan bahwa amal ibadah tanpa keikhlasan tidak akan diterima, meskipun tampaknya besar dan hebat.

Menjaga Keikhlasan dalam Ibadah

Agar ibadah benar-benar menjadi bekal akhirat, maka:

  • Luruskan niat: Setiap sebelum beramal, tanyakan dalam hati, “Untuk siapa aku melakukan ini?”

  • Sembunyikan amal: Jika bisa dirahasiakan, maka lebih utama.

  • Perbanyak muhasabah: Evaluasi diri setiap hari agar tidak tergelincir dalam kesia-siaan.

  • Minta perlindungan kepada Allah dari riya: Doa Nabi ﷺ:

    “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu dalam keadaan aku mengetahui, dan aku memohon ampunan atas (syirik) yang tidak aku ketahui.”

Penutup

Ibadah yang sejati bukan hanya tentang gerakan atau kata-kata. Ia berakar dari hati yang ikhlas, yang hanya mengharap ridha Allah SWT semata. Jangan sampai seluruh amal yang kita banggakan di dunia justru menjadi tumpukan debu di akhirat karena tidak dibarengi niat yang murni.

Mari kita periksa kembali: Apakah ibadah kita benar-benar untuk akhirat, atau hanya demi citra dunia?







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perilaku Anak Anak Di Masjid Firdaus Madiun

Perilaku anak-anak di masjid saat sholat sering kali bervariasi tergantung pada usia, pemahaman, dan tingkat kedewasaan mereka. Ada beberapa tipe perilaku yang sering terlihat, seperti: 1. Bermain atau Berlari     Anak-anak kecil sering kali terlihat berlarian atau bermain di area masjid. Mereka belum sepenuhnya mengerti pentingnya menjaga ketenangan, sehingga lebih sering mengikuti naluri bermain mereka. Biasanya, ini terjadi pada anak usia balita hingga sekolah dasar awal. 2. Mengikuti Gerakan Sholat    Beberapa anak mencoba mengikuti gerakan sholat orang dewasa, terutama jika mereka sudah diajarkan oleh orang tua atau di sekolah. Meski gerakannya belum sempurna, mereka mencoba untuk ikut serta, yang sebenarnya bisa menjadi langkah awal yang baik dalam belajar sholat. 3. Mengganggu Teman atau Jamaah Lain    Anak-anak yang datang ke masjid bersama teman-temannya kadang bermain bersama, terkadang bahkan saling mengganggu saat sholat. Tentu, ini bisa me...

Mukjizat Mukjizat Kanjeng Nabi Muhammad SAW

 Mukjizat-mukjizat Nabi Muhammad SAW merupakan bukti nyata kenabian beliau sekaligus tanda kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Mukjizat ini diberikan untuk mendukung perjuangan beliau dalam menyebarkan risalah Islam kepada umat manusia. Berikut beberapa mukjizat utama yang menjadi bukti tersebut: 1. Mukjizat Al-Qur'an Al-Qur'an adalah mukjizat terbesar yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW. Kitab ini memiliki keindahan bahasa, kedalaman makna, dan kebenaran ilmiah yang tidak bisa ditandingi oleh siapa pun, baik pada masa lalu maupun masa kini. Al-Qur'an tetap relevan sebagai petunjuk hidup hingga akhir zaman. 2. Isra' dan Mi'raj Dalam satu malam, Nabi Muhammad SAW diperjalankan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa (Isra'), lalu naik ke langit hingga Sidratul Muntaha (Mi'raj) untuk bertemu Allah SWT. Peristiwa ini membuktikan kekuasaan Allah sekaligus mempertegas pentingnya salat lima waktu. 3. Membelah Bulan Nabi Muhammad SAW diberikan mukjizat m...

Nabi Muhammad Iri Nabi Sulaiman

Kajian Ahad Pagi  Di Masjid Firdaus Madiun  Nabi Muhammad SAW pernah menyampaikan rasa takjub terhadap nikmat yang Allah berikan kepada Nabi Sulaiman AS, yang mampu bepergian ke mana saja dengan angin sebagai kendaraannya. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bahkan berkeinginan untuk mendapatkan kemudahan seperti itu. Namun, Allah menegaskan bahwa keistimewaan masing-masing nabi sudah sesuai dengan kebijaksanaan-Nya. Meski Nabi Sulaiman diberi kelebihan menguasai angin, Nabi Muhammad SAW memiliki keistimewaan yang lebih besar, yakni sebagai rahmat bagi seluruh alam dan penutup para nabi.  Tidak ada riwayat yang sahih yang menyebutkan bahwa Rasulullah Muhammad SAW merasa iri terhadap nikmat yang diberikan kepada Nabi Sulaiman AS atau bahwa beliau meminta sesuatu yang serupa. Namun, dalam beberapa riwayat, Rasulullah SAW memang mengungkapkan rasa takjub dan kekaguman terhadap mukjizat yang diberikan kepada para nabi sebelumnya, termasuk kelebihan Nabi Sulaiman yang dapat me...