Hari Tasyrik?
3 Hari yang Tidak Boleh Puasa, Apa Rahasianya?
Dalam kalender Islam, setelah Hari Raya Idul Adha (10 Dzulhijjah), terdapat tiga hari penting yang disebut Hari Tasyrik, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Meskipun masih berada dalam suasana ibadah haji dan kurban, umat Islam justru dilarang berpuasa pada hari-hari ini. Mengapa demikian? Apa rahasia di balik larangan tersebut? Mari kita telusuri jawabannya berdasarkan Al-Qur’an dan hadits.
Apa Itu Hari Tasyrik?
Hari Tasyrik adalah tiga hari setelah Idul Adha yang digunakan untuk menyempurnakan ibadah haji bagi jamaah di Makkah dan sebagai waktu memperbanyak dzikir, makan, dan minum bagi umat Islam secara umum. Kata “tasyrik” berasal dari bahasa Arab “tasyriq” yang berarti menjemur daging di bawah sinar matahari, karena pada zaman dahulu kaum Muslimin menjemur daging kurban pada hari-hari ini agar awet dan bisa dibagi-bagikan.
Hadits Tentang Larangan Puasa di Hari Tasyrik
Rasulullah SAW dengan tegas melarang puasa pada hari-hari Tasyrik. Dalam hadits disebutkan:
“Hari-hari Tasyrik adalah hari makan, minum, dan berdzikir kepada Allah.”
(HR. Muslim no. 1141)
Hadits lain dari Abu Murrah, maula Ummu Hani, menyebutkan:
"Bahwa beliau (Rasulullah), Abdullah bin Umar, dan Abu Hurairah memerintahkan agar tidak berpuasa pada hari-hari Tasyrik."
(HR. Ahmad, sanad hasan)
Ini menegaskan bahwa puasa pada hari Tasyrik tidak diperbolehkan, kecuali dalam kondisi tertentu (misalnya untuk jamaah haji yang tidak menemukan hewan kurban, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Baqarah:196).
Dalil Al-Qur'an yang Berkaitan
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
"Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang tertentu jumlahnya..."
(QS. Al-Baqarah: 203)
Menurut mayoritas ulama tafsir, “beberapa hari yang tertentu” dalam ayat ini adalah hari-hari Tasyrik. Ini adalah hari-hari yang disyariatkan untuk memperbanyak dzikir kepada Allah, bukan untuk menyiksa diri dengan menahan lapar dan haus seperti dalam puasa.
Apa Hikmah dan Rahasia di Balik Hari Tasyrik?
1. Hari Syukur dan Kenikmatan
Hari Tasyrik adalah perpanjangan dari hari raya, saat umat Islam merayakan nikmat Allah atas selesainya ibadah haji dan kurban. Maka, ini adalah hari bersyukur, bukan hari bersedih atau menahan diri.
2. Momen Dzikir dan Mendekatkan Diri
Allah menyuruh umat Islam untuk memperbanyak dzikir di hari-hari ini, seperti takbir, tahmid, tahlil, dan takbir setelah shalat fardhu.
Imam Nawawi berkata, “Hari Tasyrik adalah hari untuk mengingat Allah dan memperbanyak takbir.”
3. Menghormati Syariat Kurban
Dilarangnya puasa juga sebagai bentuk penghormatan terhadap ibadah kurban yang sedang dilakukan dan dibagikan kepada umat. Umat diajak menikmati hasil kurban sebagai simbol rahmat dan kasih sayang Allah.
Kapan Boleh Puasa Lagi?
Setelah tanggal 13 Dzulhijjah, umat Islam kembali dibolehkan untuk berpuasa. Puasa sunnah seperti Senin-Kamis, puasa Ayyamul Bidh (13-15 setiap bulan hijriah), dan lainnya dapat kembali dilakukan
Hari Tasyrik adalah waktu yang penuh berkah dan makna. Ia adalah hari makan, minum, dan berdzikir — bukan hari menahan lapar. Larangan berpuasa pada hari-hari ini adalah bentuk kasih sayang Allah agar umat-Nya menikmati nikmat setelah ibadah besar, serta mempererat silaturahmi dengan saling berbagi hasil kurban.
Semoga kita bisa mengisi hari-hari Tasyrik dengan rasa syukur, dzikir, dan kebersamaan, serta tidak melupakan pesan Rasulullah untuk tidak berpuasa pada hari-hari ini.
Sumber Referensi:
-
Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 203
-
Shahih Muslim no. 1141
-
Musnad Ahmad
-
Kitab Tafsir Ibnu Katsir.
Komentar
Posting Komentar