Waktu Adalah Pedang: Sebuah Renungan dalam Pandangan Islam
Dalam kehidupan ini, waktu adalah salah satu nikmat paling besar yang Allah berikan kepada manusia. Namun sayangnya, waktu juga sering menjadi nikmat yang paling banyak disia-siakan. Dalam Islam, waktu bukan sekadar hitungan detik dan jam, tetapi amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban.
Waktu dalam Pandangan Islam
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Dua nikmat yang banyak manusia tertipu (lalai) dalam menggunakannya: kesehatan dan waktu luang."
(HR. Bukhari)
Hadis ini menunjukkan bahwa waktu adalah aset spiritual yang sangat berharga. Banyak orang menyesal setelah waktu berlalu, terutama saat menyadari bahwa ia tak digunakan untuk kebaikan. Islam memandang waktu sebagai ladang amal, tempat menanam kebaikan sebelum datang masa panen di akhirat.
Waktu Adalah Pedang
Dalam pepatah Arab disebutkan:
"الوقت كالسيف إن لم تقطعه قطعك"
“Waktu itu bagaikan pedang, jika kamu tidak menggunakannya (dengan baik), maka ia akan menebasmu.”
Ungkapan ini sejalan dengan ajaran Islam yang mengajarkan kedisiplinan dan kesungguhan dalam memanfaatkan waktu. Seperti pedang, waktu bisa menjadi alat yang tajam dan berguna, tetapi juga bisa melukai jika tidak dikendalikan.
Al-Qur’an dan Sumpah Allah atas Waktu
Allah SWT bersumpah atas nama waktu dalam beberapa surat Al-Qur’an:
“Demi waktu (al-‘Ashr). Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati dalam kesabaran.”
(QS. Al-‘Ashr: 1–3)
Sumpah Allah atas waktu menunjukkan betapa agung dan pentingnya waktu dalam kehidupan manusia. Hanya mereka yang memanfaatkan waktunya untuk iman, amal saleh, dan dakwah yang tidak merugi.
Mengelola Waktu sebagai Bentuk Ibadah
Dalam Islam, tidak ada pemisahan antara waktu dunia dan akhirat. Waktu yang digunakan untuk bekerja dengan niat yang benar bisa menjadi ibadah. Tidur yang cukup agar bisa bangun malam pun berpahala. Bahkan, waktu istirahat yang diniatkan untuk menjaga kesehatan demi ibadah pun dicatat sebagai amal.
Rasulullah ﷺ adalah teladan terbaik dalam manajemen waktu. Beliau membagi waktunya untuk ibadah, keluarga, umat, dan bahkan bercanda. Tidak ada waktu yang sia-sia dalam hidup beliau.
Menyesal Ketika Waktu Sudah Hilang
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu pernah berkata:
“Aku tidak pernah menyesali sesuatu sebagaimana aku menyesali satu hari yang mataharinya terbenam, namun amalanku tidak bertambah pada hari itu.”
Renungan ini menggugah kita semua: apakah hari ini kita telah mengisinya dengan amal yang berarti?
Penutup
Waktu adalah pedang. Dalam Islam, waktu bukan sekadar alat duniawi, tetapi bagian dari perjalanan menuju akhirat. Gunakan waktu sebelum ia menebasmu dengan penyesalan. Isi harimu dengan amal, kebaikan, dan niat lurus, karena waktu yang telah pergi tak akan pernah kembali.
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: hidupmu sebelum matimu, sehatmu sebelum sakitmu, luangmu sebelum sibukmu, mudamu sebelum tuamu, dan kayamu sebelum miskinmu.”
(HR. al-Hakim dan al-Baihaqi)
Komentar
Posting Komentar