Langsung ke konten utama

Larangan Memotong Rambut dan Kuku bagi yang Hendak Berkurban

 

Larangan Memotong Rambut dan Kuku bagi yang Hendak Berkurban 

Menjelang hari raya Idul Adha, umat Islam di seluruh dunia bersiap untuk melaksanakan ibadah kurban. Salah satu hal yang sering menjadi pertanyaan adalah tentang larangan memotong rambut dan kuku bagi orang yang berniat berkurban. Apakah larangan ini ada dalam Al-Qur’an? Ataukah berasal dari hadis Nabi Muhammad ﷺ? Mari kita bahas bersama secara rinci berdasarkan sumber yang sahih.

Dasar Larangan dalam Hadis Nabi ﷺ

Larangan memotong rambut dan kuku bagi orang yang hendak berkurban memang tidak ditemukan secara eksplisit dalam Al-Qur’an, namun terdapat dalam hadis Nabi Muhammad ﷺ yang diriwayatkan oleh beberapa sahabat. Salah satu hadis yang paling dikenal adalah:

Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah ﷺ bersabda:

"Apabila telah masuk sepuluh (hari pertama) Dzulhijjah dan salah seorang dari kalian ingin berkurban, maka janganlah ia memotong sedikit pun dari rambut dan kukunya."
(HR. Muslim, no. 1977)

Dalam riwayat lain disebutkan:

"Jika kalian melihat hilal Dzulhijjah dan salah seorang dari kalian ingin berkurban, maka hendaklah ia menahan dari (memotong) rambut dan kukunya sampai ia menyembelih."
(HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Hikmah di Balik Larangan

Para ulama menjelaskan bahwa larangan ini bertujuan agar orang yang berkurban bisa menyerupai orang yang sedang berihram dalam ibadah haji. Meski ia tidak berhaji, semangat pengorbanan dan ketundukannya kepada Allah ditunjukkan dengan menjaga bagian tubuhnya hingga waktu penyembelihan.

Ibnu Qudamah rahimahullah dalam Al-Mughni berkata:

“Larangan ini sebagai bentuk penghormatan terhadap kurban, agar seluruh anggota tubuhnya tetap utuh saat waktu penyembelihan.”

Apakah Larangan Ini Wajib atau Sunnah?

Para ulama berbeda pendapat mengenai status hukum larangan ini:

  1. Mazhab Syafi’i dan Hanafi: Mengatakan bahwa larangan ini sifatnya makruh, bukan haram. Artinya, lebih utama untuk dihindari, tetapi tidak berdosa jika dilakukan.

  2. Mazhab Hanbali dan sebagian ulama lain: Menganggapnya sebagai haram jika dilakukan tanpa uzur, karena larangan tersebut datang dalam bentuk perintah dari Rasulullah ﷺ yang bersifat tegas.

Ulama kontemporer seperti Syaikh Ibn Baz dan Syaikh Al-Utsaimin juga berpendapat bahwa sebaiknya orang yang hendak berkurban tidak memotong rambut dan kukunya mulai dari tanggal 1 Dzulhijjah sampai hewan kurban disembelih, sebagai bentuk kepatuhan terhadap sunnah Nabi.

Siapa yang Terkena Larangan?

Perlu dicatat, larangan ini hanya berlaku bagi:

  • Orang yang berniat berkurban, bukan untuk seluruh anggota keluarganya.

  • Jika kurban tersebut atas nama seseorang, maka yang tidak boleh memotong rambut dan kuku adalah orang yang meniatkan dan membeli hewan kurban tersebut, bukan anak-anak atau istri yang hanya turut menikmati daging kurban.

Kesimpulan

Larangan memotong rambut dan kuku bagi orang yang hendak berkurban merupakan bagian dari ajaran Rasulullah ﷺ yang terdapat dalam hadis sahih. Meski tidak disebutkan dalam Al-Qur’an, namun sunnah ini memiliki makna spiritual yang dalam, yakni mempersembahkan diri dalam keadaan terbaik hingga saat penyembelihan.

Bagi umat Islam yang mampu dan berencana berkurban, marilah kita jalankan sunnah ini dengan niat ikhlas dan taat, sebagai bentuk cinta kepada Rasulullah ﷺ dan pengagungan terhadap syariat Allah.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perilaku Anak Anak Di Masjid Firdaus Madiun

Perilaku anak-anak di masjid saat sholat sering kali bervariasi tergantung pada usia, pemahaman, dan tingkat kedewasaan mereka. Ada beberapa tipe perilaku yang sering terlihat, seperti: 1. Bermain atau Berlari     Anak-anak kecil sering kali terlihat berlarian atau bermain di area masjid. Mereka belum sepenuhnya mengerti pentingnya menjaga ketenangan, sehingga lebih sering mengikuti naluri bermain mereka. Biasanya, ini terjadi pada anak usia balita hingga sekolah dasar awal. 2. Mengikuti Gerakan Sholat    Beberapa anak mencoba mengikuti gerakan sholat orang dewasa, terutama jika mereka sudah diajarkan oleh orang tua atau di sekolah. Meski gerakannya belum sempurna, mereka mencoba untuk ikut serta, yang sebenarnya bisa menjadi langkah awal yang baik dalam belajar sholat. 3. Mengganggu Teman atau Jamaah Lain    Anak-anak yang datang ke masjid bersama teman-temannya kadang bermain bersama, terkadang bahkan saling mengganggu saat sholat. Tentu, ini bisa me...

Mukjizat Mukjizat Kanjeng Nabi Muhammad SAW

 Mukjizat-mukjizat Nabi Muhammad SAW merupakan bukti nyata kenabian beliau sekaligus tanda kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Mukjizat ini diberikan untuk mendukung perjuangan beliau dalam menyebarkan risalah Islam kepada umat manusia. Berikut beberapa mukjizat utama yang menjadi bukti tersebut: 1. Mukjizat Al-Qur'an Al-Qur'an adalah mukjizat terbesar yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW. Kitab ini memiliki keindahan bahasa, kedalaman makna, dan kebenaran ilmiah yang tidak bisa ditandingi oleh siapa pun, baik pada masa lalu maupun masa kini. Al-Qur'an tetap relevan sebagai petunjuk hidup hingga akhir zaman. 2. Isra' dan Mi'raj Dalam satu malam, Nabi Muhammad SAW diperjalankan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa (Isra'), lalu naik ke langit hingga Sidratul Muntaha (Mi'raj) untuk bertemu Allah SWT. Peristiwa ini membuktikan kekuasaan Allah sekaligus mempertegas pentingnya salat lima waktu. 3. Membelah Bulan Nabi Muhammad SAW diberikan mukjizat m...

Nabi Muhammad Iri Nabi Sulaiman

Kajian Ahad Pagi  Di Masjid Firdaus Madiun  Nabi Muhammad SAW pernah menyampaikan rasa takjub terhadap nikmat yang Allah berikan kepada Nabi Sulaiman AS, yang mampu bepergian ke mana saja dengan angin sebagai kendaraannya. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bahkan berkeinginan untuk mendapatkan kemudahan seperti itu. Namun, Allah menegaskan bahwa keistimewaan masing-masing nabi sudah sesuai dengan kebijaksanaan-Nya. Meski Nabi Sulaiman diberi kelebihan menguasai angin, Nabi Muhammad SAW memiliki keistimewaan yang lebih besar, yakni sebagai rahmat bagi seluruh alam dan penutup para nabi.  Tidak ada riwayat yang sahih yang menyebutkan bahwa Rasulullah Muhammad SAW merasa iri terhadap nikmat yang diberikan kepada Nabi Sulaiman AS atau bahwa beliau meminta sesuatu yang serupa. Namun, dalam beberapa riwayat, Rasulullah SAW memang mengungkapkan rasa takjub dan kekaguman terhadap mukjizat yang diberikan kepada para nabi sebelumnya, termasuk kelebihan Nabi Sulaiman yang dapat me...