Langsung ke konten utama

Harta Warisan Dalam Islam

 Warisan Laki-Laki Lebih Besar Daripada Perempuan dalam Islam

Salah satu pertanyaan umum yang sering muncul adalah mengapa dalam Islam laki-laki mendapatkan bagian warisan dua kali lipat dari perempuan. Apakah ini bentuk ketidakadilan? Untuk menjawabnya, mari kita lihat langsung sumber utama Islam: Al-Qur'anhadis Nabi, dan praktik sahabat.

1. Dalil Al-Qur’an: Allah yang Menetapkan Aturan Warisan

Aturan warisan ditetapkan langsung oleh Allah SWT dalam Surah An-Nisa. Salah satunya adalah:

"Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian warisan untuk) anak-anakmu. Yaitu: bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan..."
(QS. An-Nisa: 11)

Penegasan ini bukan pendapat manusia, tapi wahyu langsung dari Allah SWT. Pembagian ini adalah hukum syariat, bukan hasil musyawarah atau budaya manusia.

2. Hadis Nabi: Rasulullah Menyampaikan Warisan Sesuai Wahyu

Rasulullah ﷺ sangat tegas dalam menjalankan hukum warisan, dan mengingatkan agar tidak mengubah-ubah bagian yang telah ditentukan oleh Allah. Beliau bersabda:

“Sesungguhnya Allah telah memberikan hak kepada masing-masing pemiliknya, maka tidak boleh ada wasiat untuk ahli waris.”
(HR. Abu Dawud, Tirmidzi – hasan)

Hadis ini menunjukkan bahwa pembagian warisan adalah ketetapan tetap, yang tidak bisa diubah meskipun oleh orang yang wafat.

3. Mengapa Bagian Laki-laki Lebih Besar? Tanggung Jawab Finansial

Islam meletakkan tanggung jawab keuangan di pundak laki-laki, bukan perempuan. Berikut beberapa contohnya:

  • Seorang suami wajib memberi nafkah kepada istri dan anak-anaknya.

  • Seorang ayah wajib menanggung kebutuhan keluarga.

  • Seorang perempuan tidak diwajibkan menanggung nafkah siapa pun, bahkan dirinya bisa dinafkahi oleh suaminya atau kerabat.

Jadi, meskipun laki-laki mendapat warisan lebih banyak, tanggung jawabnya juga lebih besar. Sedangkan perempuan bebas menggunakan hartanya sendiri tanpa kewajiban memberi pada orang lain.

4. Contoh Nyata dari Sahabat Nabi: Kasus Sa’ad bin Rabi’

Setelah Perang Uhud, Sa’ad bin Rabi’ gugur sebagai syuhada, meninggalkan dua anak perempuan. Saudaranya, yang laki-laki, mengambil seluruh warisan Sa’ad.

Istri Sa’ad lalu mengadukan hal ini kepada Rasulullah ﷺ. Maka turunlah wahyu dari Allah (QS. An-Nisa: 11-12), yang menetapkan bahwa anak perempuan Sa’ad harus mendapat warisan, dan saudara laki-lakinya tidak bisa mengambil semua.

Pelajaran:
Sistem warisan Islam justru melindungi hak perempuan. Bahkan Rasulullah ﷺ langsung membela hak anak perempuan yang dizalimi oleh budaya jahiliah yang membatasi warisan untuk laki-laki saja.

5. Tidak Selalu Laki-laki Lebih Banyak

Islam sangat rinci dalam pembagian warisan. Ada kondisi tertentu di mana perempuan bisa mendapat bagian yang sama, atau bahkan lebih, dari laki-laki.

Contoh:

  • Seorang suami meninggal tanpa anak → istri mendapat 1/4, dan suami mendapat 1/2 jika istri yang meninggal.

  • Jika tidak ada anak atau ayah ibu, saudara perempuan bisa mendapat 1/2, sedangkan saudara laki-laki dari jalur ibu mendapat 1/6.

6. Kesimpulan: Keadilan dalam Sistem Islam

Islam bukan membagi warisan berdasarkan "jenis kelamin", tapi berdasarkan tanggung jawab dan posisi dalam keluarga. Laki-laki mendapat lebih karena ia menanggung lebih. Perempuan mendapat kurang, tapi bebas dari beban finansial.

Dalam sistem Islam, keadilan tidak selalu berarti pembagian yang sama besar, tapi berarti setiap orang mendapat sesuai peran dan kebutuhan.

Penutup:

Warisan dalam Islam adalah bagian dari hukum Allah yang adil dan menyeluruh. Tidak hanya mengatur hak, tapi juga memperhatikan beban, tanggung jawab, dan perlindungan sosial. Dengan memahami konteks ini, kita tidak akan lagi melihat hukum warisan sebagai ketidakadilan, tapi sebagai bentuk keadilan yang sangat dalam.

Tags: #WarisanIslam #HukumSyariah #KeadilanIslam #SunnahNabi #SahabatNabi


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perilaku Anak Anak Di Masjid Firdaus Madiun

Perilaku anak-anak di masjid saat sholat sering kali bervariasi tergantung pada usia, pemahaman, dan tingkat kedewasaan mereka. Ada beberapa tipe perilaku yang sering terlihat, seperti: 1. Bermain atau Berlari     Anak-anak kecil sering kali terlihat berlarian atau bermain di area masjid. Mereka belum sepenuhnya mengerti pentingnya menjaga ketenangan, sehingga lebih sering mengikuti naluri bermain mereka. Biasanya, ini terjadi pada anak usia balita hingga sekolah dasar awal. 2. Mengikuti Gerakan Sholat    Beberapa anak mencoba mengikuti gerakan sholat orang dewasa, terutama jika mereka sudah diajarkan oleh orang tua atau di sekolah. Meski gerakannya belum sempurna, mereka mencoba untuk ikut serta, yang sebenarnya bisa menjadi langkah awal yang baik dalam belajar sholat. 3. Mengganggu Teman atau Jamaah Lain    Anak-anak yang datang ke masjid bersama teman-temannya kadang bermain bersama, terkadang bahkan saling mengganggu saat sholat. Tentu, ini bisa me...

Mukjizat Mukjizat Kanjeng Nabi Muhammad SAW

 Mukjizat-mukjizat Nabi Muhammad SAW merupakan bukti nyata kenabian beliau sekaligus tanda kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Mukjizat ini diberikan untuk mendukung perjuangan beliau dalam menyebarkan risalah Islam kepada umat manusia. Berikut beberapa mukjizat utama yang menjadi bukti tersebut: 1. Mukjizat Al-Qur'an Al-Qur'an adalah mukjizat terbesar yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW. Kitab ini memiliki keindahan bahasa, kedalaman makna, dan kebenaran ilmiah yang tidak bisa ditandingi oleh siapa pun, baik pada masa lalu maupun masa kini. Al-Qur'an tetap relevan sebagai petunjuk hidup hingga akhir zaman. 2. Isra' dan Mi'raj Dalam satu malam, Nabi Muhammad SAW diperjalankan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa (Isra'), lalu naik ke langit hingga Sidratul Muntaha (Mi'raj) untuk bertemu Allah SWT. Peristiwa ini membuktikan kekuasaan Allah sekaligus mempertegas pentingnya salat lima waktu. 3. Membelah Bulan Nabi Muhammad SAW diberikan mukjizat m...

Nabi Muhammad Iri Nabi Sulaiman

Kajian Ahad Pagi  Di Masjid Firdaus Madiun  Nabi Muhammad SAW pernah menyampaikan rasa takjub terhadap nikmat yang Allah berikan kepada Nabi Sulaiman AS, yang mampu bepergian ke mana saja dengan angin sebagai kendaraannya. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bahkan berkeinginan untuk mendapatkan kemudahan seperti itu. Namun, Allah menegaskan bahwa keistimewaan masing-masing nabi sudah sesuai dengan kebijaksanaan-Nya. Meski Nabi Sulaiman diberi kelebihan menguasai angin, Nabi Muhammad SAW memiliki keistimewaan yang lebih besar, yakni sebagai rahmat bagi seluruh alam dan penutup para nabi.  Tidak ada riwayat yang sahih yang menyebutkan bahwa Rasulullah Muhammad SAW merasa iri terhadap nikmat yang diberikan kepada Nabi Sulaiman AS atau bahwa beliau meminta sesuatu yang serupa. Namun, dalam beberapa riwayat, Rasulullah SAW memang mengungkapkan rasa takjub dan kekaguman terhadap mukjizat yang diberikan kepada para nabi sebelumnya, termasuk kelebihan Nabi Sulaiman yang dapat me...