Pelajaran dari Qurban:
1. Keikhlasan Itu Mengalahkan Logika
Bayangkan Nabi Ibrahim diminta menyembelih anaknya sendiri — ini tidak masuk akal. Tapi dari situ kita belajar: kadang iman menuntut tindakan yang tak sejalan dengan logika duniawi. Qurban mengajarkan bahwa ikhlas bukan saat kita rela kehilangan yang kecil, tapi saat kita rela melepaskan yang paling kita cintai — demi ketaatan.
2. Cinta Tak Boleh Melebihi Tuhan
Ismail adalah putra yang sangat dinanti. Tapi Allah ingin menguji: apakah cinta Ibrahim kepada anaknya lebih besar daripada cintanya kepada Tuhan? Qurban mengingatkan kita untuk selalu bertanya:
Apa yang aku cintai melebihi Allah dalam hidupku?
Itulah yang harus “disembelih”.
3. Setiap Orang Punya Ismail Sendiri
"Ismail" bukan cuma anak Nabi Ibrahim. Dalam hidup kita, Ismail bisa berupa ambisi, ego, harta, status, atau bahkan seseorang. Qurban mengajak kita merenung:
Apa yang sulit aku lepaskan demi kebenaran dan ketakwaan?
4. Qurban Adalah Simbol Revolusi Batin
Ini bukan sekadar ritual tahunan. Ini adalah deklarasi perang terhadap nafsu dan keterikatan duniawi. Ia melatih kita untuk mampu berkata:
Aku siap melepaskan apapun jika Allah memintanya.
5. Setelah Pengorbanan, Ada Keajaiban
Ketika Nabi Ibrahim menunjukkan kesiapan menyembelih Ismail, Allah menggantinya dengan domba. Artinya:
Kalau kamu rela menyerahkan segalanya demi Allah, Allah akan memberimu yang lebih baik, tanpa kamu duga.
Qurban adalah ibadah yang menyentuh akar terdalam manusia — tentang cinta, ketaatan, pengorbanan, dan pembebasan diri. Bukan tentang darah dan daging, tapi tentang hati yang bersih dari segala penghambaan selain kepada Allah.
Komentar
Posting Komentar